EKSEKUTIF PRODUSER: John Branca and John McClain; PRODUSER: Randy Phillips, Kenny Ortega, dan Paul Gongaware; SUTRADARA: Kenny Ortega.
"This is it (Inilah saatnya)," ucap Michael Jackson (MJ) saat muncul di hadapan media untuk menerangkan penampilannya kembali di dunia panggung. Jackson, yang mengenakan kaca mata hitam, sesaat menundukkan kepalanya. Lalu meluncurlah kalimat ini:
"Saya hanya ingin katakan bahwa (konser) ini akan menjadi penampilan terakhir saya di London. Ketika saya katakan inilah saatnya, itu berarti memang sudah saatnya." Sejurus kemudian, ia balik badan dan meninggalkan arena jumpa pers.
Ucapan terakhir MJ di hadapan publik itu menjadi bagian dalam film dokumenter This Is It, yang secara serentak diputar mulai 28 Oktober ini di Los Angeles dan 18 kota lainnya.
Momen ini menjadi sangat fenomenal dalam perjalanan karier dan hidup seorang King of Pop. Kemunculannya saat itu kemudian dikait-kaitkan menjadi semacam pertanda, tatkala MJ mengembuskan napasnya dua pekan menjelang konsernya yang sedianya digelar di O2 Arena, London, Juli lalu. Publik terperanjat ketika mendengar kepergiannya yang tiba-tiba itu. Dunia pun berduka. Rencana konser yang telah cukup matang urung digelar.
Empat bulan setelah kepergiannya, MJ kembali "dihidupkan". Columbia Pictures bekerja sama dengan The Michael Jackson Company dan AEG Live—promotor pertunjukan MJ di O2 Arena—merilis film dokumenter This Is It.
Film yang disutradarai Kenny Ortega ini menghadirkan cuplikan suasana persiapan MJ menjelang konser akbarnya yang tak kesampaian itu. Aktivitas latihan MJ bersama kru di Staples Center, Los Angeles, menjadi fokus utamanya.
Ya, betapa persiapan konser telah dipersiapkan begitu matang. MJ terlihat sangat antusias menghadapi konser kembalinya setelah sekian lama absen dari dunia panggung.
MJ tampil begitu memesona. Gerakannya masih sangat energik dan terjaga, padahal usianya sudah memasuki setengah abad. Yang rada sedikit membedakan, boleh jadi karena perawakannya yang terlihat agak kurusan. Pakaian jas keperakan, yang dikenakannya dalam sebuah sesi latihan, terlihat kebesaran menutupi tubuhnya. Meski begitu, MJ tak kehilangan auranya sebagai seorang bintang. Ia tetap menawan kala berada di atas pentas.
Lepas dari kehidupannya yang kontroversial, lewat This Is It, kamera menangkap sosok MJ sebagai seorang megabintang yang santun dan rendah hati. Ortega, yang juga bertugas sebagai sutradara konser This Is It, mengamini hal itu. "Dia orang yang baik dan rendah hati. Orang akan merasa nyaman bekerja sama dengannya," ujar Ortega.
Sorotan kamera menangkap momen itu. Ya, selain sebagai penyanyi, MJ juga kerap menjadi mentor dan motivator yang luar biasa. Ia mampu membangun rasa percaya diri tim pendukungnya untuk bisa memberikan yang terbaik kepada penontonnya. "Tuhan memberkatimu," begitu ucapan yang kerap terlontar dari mulut MJ, kepada teman-temannya ketika berlatih.
***
Testimoni para penari yang berhasil lolos audisi untuk ikut memperkuat konser MJ menjadi adegan pembuka This Is It. Mereka mengutarakan kebahagiannya tatkala namanya terpilih sebagai penari latar untuk pertunjukan sang megabintang. Kebanggaan itu beralasan mengingat sosok MJ bagi mereka adalah sosok yang paling diidolakan.
Kamera kemudian merekam adegan demi adegan proses latihan MJ di atas panggung hingga persiapan lainnya. MJ benar-benar tampil all out.
Hal itu tentu beralasan, seperti diutarakannya, ia benar-benar ingin memberi kado istimewa pada penampilan terakhirnya di dunia pangung. "Ini akan menjadi pengalaman yang mengagumkan. Kita akan mengajak mereka (penonton) ke tempat yang belum mereka jumpai," ujar MJ kepada rekan-rekannya memberi semangat.
Sejumlah persiapan yang begitu matang telah benar-benar disiapkan. Konsep pertunjukan menyiratkan sebuah pementasan yang bakal megah dan layak dikenang. MJ sepertinya tak mau kehilangan momen itu. Ia memberi energi kepada rekan-rekannya untuk bisa tampil maksimal.
Menyaksikan film sepanjang 112 menit—yang dirangkum dari rekaman berdurasi sekitar 100 jam itu—penonton seperti diajak pada sebuah pementasan yang sebenarnya. Potongan-potongan adegan dirangkai begitu apik. Setiap momen, penonton tak hanya sekadar diajak menengok aksi MJ mempersiapkan diri dalam sebuah pertunjukan. Lebih dari itu, mereka juga bisa mengintip suara hati seorang MJ, yang tertuang lewat lagu-lagu yang diciptakannya.
Pada akhirnya, lewat sajian film dokumenter ini, publik diingatkan bahwa jagat hiburan dunia pernah memiliki sosok dengan segudang talenta bernama Michael Jackson. Ia menjadi cendera mata yang unik dari abad 20.
Elizabeth Taylor, aktris legendaris yang juga sahabat MJ, mengakui hal itu. "Saya menangis karena bahagia melihat berkah yang dia dapatkan dari Tuhan. Tidak akan pernah ada lagi orang seperti dia," katanya.
"Kelak, film ini akan mengingatkan kita bahwa dulu pernah hidup seorang lelaki yang baik. Tuhan pun menciumnya."
0 komentar:
Posting Komentar